KHUTBAHIDUL ADHA TERBARU MEMBANGUN KARAKTER UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP RELA BERKORBAN DEMI KEMANUSIAAN* Oleh: Drs. H. Muhammad Yusuf, MSI. السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الله أكبر 7× اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَإلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ.
. Jakarta - Rasulullah SAW biasa merangkaikan salat Id di dua hari raya, yakni Idul Fitri dan Adha dengan khutbah di setelahnya. Berikut tata cara pelaksanaan khutbah hari raya sesuai Sabiq dalam buku Fiqih Sunnah mengemukakan hukum khutbah hari raya, yakni sunnah. Ia mengambil hadits riwayat Abdullah bin Sa'ib sebagai dalil dasar, yang mana Rasulullah SAW bersabda"Kami sekarang akan menyampaikan khutbah. Barang siapa yang ingin duduk untuk mendengarnya, duduklah, tetapi siapa yang hendak pergi, dia boleh pergi." HR Nasa'i, Abu Dawud & Ibnu Majah Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi dalam buku Al-Fiqh 'Ala Al-Madzahib Al-Arba'ah juga menyebut khutbah dua hari raya hukumnya sunnah menurut pendapat sejumlah ulama mazhab, kecuali Malikiyah yang berpemahaman khutbah ini hanya dianjurkan saja, tidak sampai pelaksanaannya sendiri, khutbah hari raya dilakukan setelah salat Id selesai didirikan. Sebagaimana riwayat Ibnu Umar, ia berkataكَانَ رَسُولُ اللَّهِ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يُصَلُّوْنَ الْعِيْدَيْنِ قَبْلَ الْخُطْبَةِArtinya "Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar, melaksanakan salat dua Id sebelum khutbah." HR Bukhari & MuslimIbnu Abbas juga meriwayatkan, "Aku pernah keluar rumah bersama Rasulullah SAW pada hari Idul Fitri atau Idul Adha, lalu beliau salat dan berkhutbah."Menukil buku Al-Tadzhib fi Adillati Matn Al-Ghayah wa al-Taqrib oleh Musthafa Dib Al-Bugha, misal saja imam atau khatib berkhutbah terlebih dahulu sebelum salat Id karena lupa, maka baginya disunnahkan untuk mengulangi khutbah hari raya setelah salat dari buku Al-Fiqh 'Ala Al-Madzahib Al-Arba'ah, dijelaskan bahwa rukun khutbah hari raya sama dengan rukun khutbah Jumat. Bedanya hanya terletak pada kalimat pembukanya saja, lantaran khutbah Id dianjurkan untuk dimulai dengan takbir, sedang khutbah Jumat diawali dengan salat Id dilaksanakan dua kali. Sebelum memulainya, khatib ada baiknya agar duduk untuk istirahat setelah salat. Setelah mengerjakan khutbah pertama, khatib duduk sejenak di antara dua khutbah, seperti pada khutbah memulai khutbah juga terdapat bacaan khusus yang dibaca, sesuai riwayat Ubaidillah bin Abddullah, "Yang sunnah pada saat membuka khutbah adalah mengucapkan sembilan takbir terus menerus pada khutbah pertama dan tujuh takbir terus menerus pada khutbah kedua." HR BaihaqiSementara isi khutbahnya sendiri yang dinukil dari buku Al-Fiqh 'Ala Al-Madzahib Al-Arba'ah, bahwa mazhab Syafi'i sebagai aliran yang paling banyak dianut masyarakat Indonesia menyatakan, dalam khutbah terdapat 4 rukun isinya yang mesti dipenuhi; bersholawat, berwasiat kepada jamaah yang mendengarkan untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT, membacakan ayat Al-Qur'an, serta memanjatkan doa untuk kaum dalam buku Syama'il Rasulullah karya Ahmad Mustafa Mutawalli juga dijelaskan, "Selesai salat Id, beliau menghadap ke arah jamaah yang tetap duduk dalam shaf untuk memberikan nasihat, menyampaikan perintah atau larangan." Simak Video "Ini Momen yang Buat Desy Ratnasari Kaget Saat Lebaran" [GambasVideo 20detik] rah/rah
Kisah Ibrahim saat akan menyembelih putranya Ismail bisa jadi pelajaran berharga. Perhatikan dalam Khutbah Idul Adha berikut ini. الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd. artinya Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya. Segala puji bagi Allah pemberi berbagai macam nikmat dan karunia. Shalawat dan salam pada nabi akhir zaman yang syariatnya sama dengan nabi-nabi sebelumnya yaitu mengajarkan ajaran tauhid, yang nabi besar kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Puji syukur, kita bisa berada di hari Idul Adha dan hari Jumat sekaligus di mana di dalamnya berarti bertemu dua Id. Apa istimewanya? Diriwayatkan dari Iyas bin Abi Ramlah Asy-Syamiy, ia berkata, “Aku pernah menemani Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan ia bertanya pada Zaid bin Arqam, أَشَهِدْتَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عِيدَيْنِ اجْتَمَعَا فِى يَوْمٍ قَالَ نَعَمْ. قَالَ فَكَيْفَ صَنَعَ قَالَ صَلَّى الْعِيدَ ثُمَّ رَخَّصَ فِى الْجُمُعَةِ فَقَالَ مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّىَ فَلْيُصَلِّ “Apakah engkau pernah menyaksikan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertemu dengan dua Id hari Id bertemu dengan hari Jumat dalam satu hari?” “Iya”, jawab Zaid. Kemudian Mu’awiyah bertanya lagi, “Apa yang beliau lakukan ketika itu?” “Beliau melaksanakan shalat Id dan memberi keringanan untuk meninggalkan shalat Jumat”, jawab Zaid lagi. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mau shalat Jumat, maka silakan.” HR. Abu Daud, no. 1070; An-Nasa’i, no. 1592; Ibnu Majah, no. 1310. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. Dalil di atas menjadi dalil boleh memilih antara shalat Jumat dan shalat Id. Akan tetapi, mengerjakan kedua shalat tersebut lebih baik. Bagi yang memilih tidak shalat Jumat karena di pagi harinya telah shalat Id, maka hendaklah mengganti dengan shalat Zhuhur. Namun bagi imam masjid, kami ingatkan untuk tidak meliburkan shalat Jumat demi kepentingan orang-orang yang ingin hadir. اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd. artinya Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya. Kali ini kita akan melihat kisah Nabi Ibrahim alaihis salam mengenai mimpinya yang menyembelih putranya Ismail. Kisah ini yang dijadikan landasan ibadah qurban yang kita jalani saat ini. Kisahnya dijelaskan dalam ayat berikut, وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ “Dan Ibrahim berkata “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Rabbku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Yang dimaksud adalah nabi Ibrahim pergi menghadap Allah untuk menyembah-Nya dan Ibrahim ditunjuki dan diberi taufik pada kebaikan dunia dan akhirat. رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang yang shalih. Dalam ayat ini, Nabi Ibrahim meminta pada Allah agar dikaruniakan keturunan yang shalih yang dapat memberi manfaat ketika hidup dan saat orang tua telah meninggal dunia. Itulah yang semestinya kita minta dalam doa-doa kita, meminta pada Allah agar dikaruniakan anak yang shalih yang menjadi penyejuk mata. Seperti dalam doa lainnya dari Nabi Zakariya alaihis salam, رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ “ROBBI HAB LII MIN LADUNKA DZURRIYYATAN THOYYIBATAN, INNAKA SAMII’UD DU’AA’” [Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mengdengar doa].” QS. Ali Imran 38. Ibadurrahman hamba Allah Yang Maha Pengasih pun berdo’a agar dikaruniakan anak yang menjadi penyejuk mata, رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا “ROBBANAA HAB LANAA MIN AZWAJINAA WA DZURRIYATINAA QURROTA A’YUN WAJ’ALNAA LIL MUTTAQIINA IMAAMAA” [Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa].” QS. Al Furqon 74 Apa yang dimaksud anak yang shalih? Shalih sendiri berarti, الْقَائِم بِمَا يَجِب عَلَيْهِ مِنْ حُقُوق اللَّه وَحُقُوق عِبَاده وَتَتَفَاوَت دَرَجَاته “Orang yang menjalankan kewajiban terhadap Allah dan kewajiban terhadap sesama hamba Allah. Kedudukan shalih pun bertingkat-tingkat.” Demikian kata Ibnu Hajar dalam Fath Al-Bari, 2 314. Anak shalih tidak mesti mendapat juara kelas atau berhasil kuliah hingga S1, S2, atau S3. Anak shalih berarti anak yang memperhatikan ibadah pada Allah, juga berbakti pada orang tua serta menunjukkan kebaikan akhlak dengan sesama. Percuma anak kita berhasil dalam belajar ilmu dunia, namun shalat saja tidak kenal, bangun Shubuh saja sulit, baca Al-Qur’an baru sampai tingkatan Iqra’ 2, juga tutur kata sangat kasar pada orang tuanya sendiri, lebih-lebih seringnya bertingkah laku jelek terhadap sesama. Sudah semestinya orang tua mendidik anak bukan hanya mengejar sukses dalam dunianya. Seharusnya yang lebih ditekankan adalah pendidikan anak. Anak yang dididik menjadi shalih itulah yang menjadi amal jariyah berharga bagi orang tuanya kelak. Ingat dan kecamkan ini! Selanjutnya Nabi Ibrahim dikaruniakan anak yang halim. فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Apa arti “halim” dalam ayat ini? Halim itu mencakup beberapa sifat Sabar Berakhlak mulia Lapang dada Memaafkan yang berbuat salah padanya Doa Nabi Ibrahim untuk meminta anak shalih benar-benar terkabul dengan dikaruniakan Ismail pada beliau. Ketika anak tersebut dewasa dijelaskan selanjutnya. فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?” Ia menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Ketika Isma’il berada dalam usia gulam dan ia telah sampai pada usia sa’ya, yaitu usia di mana anak tersebut sudah mampu bekerja yaitu usia tujuh tahun ke atas. Pada usia tersebut benar-benar Ibrahim sangat mencintainya dan orang tuanya merasa putranya benar-benar sudah bisa mendatangkan banyak manfaat. Saat anaknya seperti itulah Ibrahim mendapatkan ujian berat. Ayat ini jadi dalil pula bahwa penglihatan para nabi dalam mimpi adalah wahyu. Dalam hadits mawquf—hanya sampai pada perkataan sahabat Ibnu Abbas—disebutkan, رُؤْيَا الأَنْبِيَاءِ فِي المنَامِ وَحْيٌ “Penglihatan para nabi dalam mimpi itu wahyu.” Syaikh Musthafa Al-Adawi dalam Tafsir Surat Ash-Shaffaat mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa mimpi para nabi adalah wahyu karena para nabi itu ma’shum dari setan. Demikian disepakati oleh para ulama. Selain nabi tidak menjadi wahyu dan tidak bisa diamalkan. Lihat Majmu’ah Al-Fatawa, 430. Lihatlah ketika mendengar mimpi ayahnya untuk menyembelihnya, Ismail sangatlah patuh. Ia pun menyatakan dirinya bisa bersabar dan mendorong ayahnya untuk bersabar pula. Perhatikanlah Ismail, ia begitu patuh pada perintah Allah. Hal ini sama dengan ibu Ismail. Ketika Ibrahim meninggalkan istrinya, Hajar dan putranya, Isma’il di sisi Masjidil Haram, coba perhatikan bagaimanakah istrinya, Sarah berkata, آللَّهُ أَمَرَكَ بِهَذَا قَالَ نَعَمْ قَالَتْ إِذًا لاَ يُضَيِّعَنَا “Apakah Allah yang memerintahkanmu untuk ini?” Ibrahim menjawab, “Iya.” Istrinya berkata, “Kalau begitu, Allah tidak mungkin menelantarkan kami di lembah ini.” HR. Al-Baihaqi dalam Al-Kubra, 598 Inilah yang seharusnya jadi teladan kita, yaitu patuh, sabar dan tawakkal pada Allah. Mudah-mudahan kita mendapatkan istri dan anak yang patuh pada Allah, sabar dan benar-benar bertawakkal pada-Nya, begitu pula kita menjadi orang yang demikian. Juga pelajaran lainnya, orang beriman mesti diuji. Ujian pada Nabi Ibrahim adalah dengan perintah menyembelih putranya sendiri. Ini untuk membuktikan apakah benar beliau murni lebih mencintai Allah, menjadi khalilullah kekasih Allah dibanding mencintai istri dan anak. Setiap orang memang akan diuji sesuai kualitas imannya. Dari Mush’ab bin Sa’id, seorang tabi’in dari ayahnya, ia berkata, يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً “Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab, الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ “Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat kokoh, maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” HR. Tirmidzi, no. 2398; Ibnu Majah, no. 4023. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan. فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya. وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ Dan Kami memanggilnya, “Hai Ibrahim, قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Ketika Nabi Ibrahim pasrah atau berserah diri pada Allah; juga Ismail pasrah karena menjalankan perintah Rabbnya; mereka ridha dengan ketetapan Allah, Ibrahim lalu membaringkan anaknya Ismail di atas tanah; saat itu wajah Ismail di atas tanah; Allah pun memanggil Ibrahim dan menyatakan bahwa mimpinya benar dan telah benarlah yang dijalankan karena patuh pada perintah-Nya. Lalu Allah membalas orang-orang yang berbuat ihsan atas ketaatannya, yaitu cobaan yang berat terganti dengan sembelihan yang besar. Terselamatkanlah Ibrahim dan Ismail dari ujian yang berat. Ibnu Rajab rahimahullah pernah berkata, “Jika kesempitan itu semakin terasa sulit dan semakin berat, maka seorang hamba akan menjadi putus asa dan demikianlah keadaan makhluk yang tidak bisa keluar dari kesulitan. Akhirnya, ia pun menggantungkan hatinya pada Allah semata. Inilah hakikat tawakkal pada-Nya. Tawakkal inilah yang menjadi sebab terbesar keluar dari kesempitan yang ada. Karena Allah sendiri telah berjanji akan mencukupi orang yang bertawakkal pada-Nya.” Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, 1493 Ingatlah ayat, فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” QS. Alam Nasyrah 5 Ayat ini pun diulang setelah itu, إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” QS. Alam Nasyrah 6 Di ayat selanjutnya disebutkan, وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Itulah balasan dari orang yang taat pada Allah, ia akan dipalingkan dari kesulitan dan musibah, akan dibukakan jalan keluar dengan mudah. Sebagaimana disebutkan pula dalam ayat lainnya, وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا 2 وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا 3 “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” QS. Ath-Thalaq 2-3 Apa yang dimaksud sembelihan yang besar di sini? Kebanyakan ulama berpendapat bahwa sembelihan tersebut adalah kabsy domba jantan. Selanjutnya disebutkan, وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآَخِرِينَ Kami abadikan untuk Ibrahim itu pujian yang baik di kalangan orang-orang yang datang kemudian Maksud ayat ini, Allah membiarkan Nabi Ibrahim terus mendapatkan pujian terbaik setelah itu hingga hari kiamat. سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ yaitu “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.” Apa maksud salam pada Ibrahim? Yaitu salam dari Allah pada Nabi Ibrahim Al-Khalil. Walaupun manusia memuji Nabi Ibrahim, tetap pujian Allah untuk beliau lebih bagus dan terbaik. كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” QS. Ash-Shaaffaat 99-111 Demikianlah balasan atas Nabi Ibrahim dengan pujian terbaik setelah beliau meninggal dunia. Ia termasuk hamba yang beriman, benar-benar bertauhid dan yakin pada Allah. اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd. artinya Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya. Moga menjadi kisah yang berharga bagi kita sekalian. Moga kita bisa menyontoh Nabi Ibrahim dalam bertauhid, kesabaran, patuh dan tawakkal. Serta moga ibadah kita dalam berqurban hari Nahr ini dan hari-hari tasyrik diterima oleh Allah. اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd. artinya Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya. Marilah kita tutup khutbah Idul Adha ini dengan do’a. Moga pada hari penuh berkah ini, setiap do’a kita diperkenankan oleh Allah. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنَّا نَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِى لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ Selamat Hari Raya Idul Adha 1438 H Taqabbalallahu minna wa minkum, kullu aamin wa antum bi kheir Referensi At-Tashiil li Ta’wil At-Tanzil – Tafsir Juz Yasin. Cetakan pertama, tahun 1431 H. Syaikh Musthafa bin Al-Adawi. Penerbit Maktabah Makkah. Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam. Cetakan kesepuluh, tahun 1432 H. Ibnu Rajab Al-Hambali. Penerbit Muassasah Ar-Risalah. Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim. Cetakan pertama, tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq Abu Ishaq Al-Huwaini. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Tafsir As-Sa’di Taisir Al-Karim Ar-Rahman. Cetakan kedua, tahun 1433 H. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah. — Khutbah Idul Adha 10 Dzulhijjah 1438 H 01-09-2017 Halaman GOR Siyono Wetan Logandeng, Playen Gunungkidul Silakan download versi PDF Khutbah Idul Adha Belajar dari Qurban Nabi Ibrahim — Selesai disusun Perpus Rumaysho – DS, pada Malam Idul Adha, 10 Dzulhijjah 1438 H, 31-08-2017 Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
- Contoh teks khutbah Jumat menjelang Idul Adha kali ini akan membahas tema "Meneladani Keluarga Nabi Ibrahim".Umat Islam dianjurkan mengambil nilai-nilai teladan dari para nabi dan rasul. Menjelang Idul Adha, salah satu nabi yang dapat diteladani adalah Nabi Ibrahim As. Tidak hanya Nabi Ibrahim As, bahkan keluarganya meliputi Siti Hajar dan Nabi Ismail As, turun mendukung perintah dari Allah dan perilaku yang dapat diteladani dari keluarga Nabi Ibrahim seperti senantiasa patuh, ikhlas, hingga meninggalkan prasangka buruk. Khutbah Jumat Jelang Idul Adha Meneladani Keluarga Nabi Ibrahim Bismillaahirrahmaanirrahiim..Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,لْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْاَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَAlhamdulillah. Kita dapat berkumpul hari ini, Jumat, 9 Juni 2023 dalam majelis salat dan khotbah Jumat yang insyaallah dipenuhi rahmat Allah dan salam Allah semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Agung Muhammad Saw, sosok uswatun-hasanah yang membawa kita dari zaman kegelapan menuju masa yang terang kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,Khatib memulai khotbah memulai dengan berwasiat kepada diri sendiri maupun jemaah sekali untuk senantiasa bertakwa kepada Allah Swt. Sebab sebaik-baiknya orang beriman adalah mereka yang senantiasa bertakwa kepada Allah, menjalankan perintah dan menjauhi segala kesempatan ini, khatib akan menyampaikan khotbah seputar meneladani keluarga Nabi kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,Umat Islam kini telah memasuki akhir bulan Zulkaidah 2023, tinggal menunggu beberapa waktu lagi untuk menginjak bulan Zulhijah 1444 H. Di bulan Zulhijah, terdapat banyak amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan, salah satunya adalah adalah ibadah menyembelih hewan kurban yang memenuhi ketentuan tertentu pada Hari Raya Iduladha 10 Zulhijah dan hari-hari tasyrik 11, 12, dan 13 Zulhijah. Hukum pelaksanaan ibadah tersebut sunah muakadah, begitu dianjurkan ditunaikan umat Islam terutama yang memiliki kelapangan rezeki. Allah Swt. sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surah Al-Kautsar ayat 1 – 3 sebagai berikutاِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ ࣖArab LatinnyaInnā aṭainākal-kauṡara. Faṣalli lirabbika wanḥar. Inna syāni'aka huwal-abtaru.Artinya“Sesungguhnya Kami telah memberimu [Nabi Muhammad] nikmat yang banyak. Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah! Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus [dari rahmat Allah],” QS. Al-Kautsar [108] 1-3.Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,Pensyariatan ibadah kurban tidak dapat dilepaskan dari contoh yang dilakukan keluarga Nabi Ibrahim. Sebenarnya tidak hanya ibadah kurban, banyak teladan dari keluarga Nabi Ibrahim yang dapat ditiru kaum Nabi Ibrahim As. pernah diperintahkan Allah Swt. untuk menempatkan istrinya, Siti Hajar bersama putranya, Nabi Ismail As. di sebuah lembah yang sunyi dan sepi. Nabi Ibrahim As. tidak mengetahui maksud wahyu Allah Swt. demikian, kepatuhan dan ketakwaan Nabi Ibrahim atas perintah Allah Swt. membuatnya rela berkorban menempatkan anak dan istrinya di sebuah lembah yang gersang dan tandus. Bahkan Siti Hajar mendukung wahyu yang diberikan kepada suaminya dengan ikhlas dan tawakal. Padahal Nabi Ismail As. waktu itu masih lembah yang dimaksud terletak di sebelah utara palestina sekitar 1600 Km. Peristiwa Nabi Ismail dan Siti Hajar di tempatkan di lembah termuat dalam firman Allah Swt. Surah Al-Ibrahim ayat 37 sebagai berikutرَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَArab LatinnyaRabbanā innī askantu min żurriyyatī biwādin gairi żī zarin inda baitikal-muḥarrami, rabbanā liyuqīmuṣ-ṣalāta fajal af'idatam minan-nāsi tahwī ilaihim warzuqhum minaṡ-ṡamarāti laallahum yasykurūna.Artinya“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya [dan berada] di sisi rumah-Mu [Baitullah] yang dihormati. Ya Tuhan kami, [demikian itu kami lakukan] agar mereka melaksanakan salat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur,” Al-Ibrahim [14] 37.Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,Setelah ditempatkan di lembah, Siti Hajar suatu ketika kehabisan air minum hingga tidak dapat menyusui Nabi Ismail As. Demi mendapatkan air, Siti Hajar berlari-lari kecil Sa’i antara bukit Shafa dan Marwah. Allah Swt. kemudian mengurus Malaikat Jibril membuat mata air hanya menghilangkan dahaga Siti Hajar, mata air Zam-Zam membuat wilayah sekitar menjadi tidak gersang. Maka dari itu, lembah tandus berubah menjadi wilayah makmur yang mendorong para pedagang datang untuk membeli air ke Siti Hajar dan Nabi Ismail Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismail As. Tidak menolakan sedikitpun, Nabi Ismail As. justru menyetujui perintah Allah Swt. supaya Nabi Ibrahim menyembelih tepat 10 Zulhijah sewaktu Nabi Ismail As. berusia 7 tahun ada yang berpendapat 13 tahun, Nabi Ibrahim menjalankan perintah Allah Swt. Berkat rahmat dan kasih sayang Allah SWT, Ismail tidak jadi Ibrahim hendak menyembelih putranya, Allah Swt. mengganti Ismail dengan seekor domba. Peristiwa Nabi Ibrahim menyembelih Ismail termuat dalam firman Allah SWT Surah As-Saffat ayat 102-107 sebagai berikutفَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۙ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا ۚاِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰۤؤُا الْمُبِيْنُ وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍArab LatinnyaFalammā balaga maahus-saya qāla yā bunayya innī arā fil-manāmi annī ażbaḥuka fanẓur māżā tarā, qāla yā abatifal mā tu'maru, satajidunī in syā'allāhu minaṣ-ṣābirīna. Falammā aslamā wa tallahū lil-jabīni. Wa nādaināhu ay yā ibrāhīmu. Qad ṣaddaqtar-ru'yā, innā każālika najzil-muḥsinīna. Inna hāżā lahuwal-balā'ul-mubīnu. Wa fadaināhu biżibḥin aẓīmin.Artinya“Ketika anak itu sampai pada [umur] ia sanggup bekerja bersamanya, ia [Ibrahim] berkata, 'Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?' Dia [Ismail] menjawab, 'Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan [Allah] kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.'Ketika keduanya telah berserah diri dan dia [Ibrahim] meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan [untuk melaksanakan perintah Allah], Kami memanggil dia, 'Wahai Ibrahim, sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami menebusnya dengan seekor [hewan] sembelihan yang besar,” QS. As-Saffat [37] 102-107.Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,Keluarga Nabi Ibrahim As. memberikan teladan kepada kita, bahwa Allah Swt. memberikan perintah tidak semata-mata untuk mencelakakan makhlukNya. Terdapat berbagai hikmah dibalik suatu kejadian yang menimpa kehidupan kita harus selalu ikhlas atas segala yang terjadi, sebab semuanya adalah milik Allah Swt. Kedua, sebagai seorang muslim sudah sepatutnya senantiasa bertakwa dan mematuhi segala perintah Allah khotbah seputar meneladani keluarga Nabi Ibrahim As. Semoga apa yang telah disampaikan memberikan kebermanfaatan bagi khatib maupun jemaah sekalian. Terlebih Allah Swt. menjadi rida atas segala amalan yang kita perbuat. Aamiin allahumma اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُKhutbah II إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ، وَعَلٰى إِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَارْضَ اللهم عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ الْبَيْتِ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلٰى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. Baca juga Contoh Kata Pengantar Proposal Permintaan Hewan Qurban Idul Adha Kalender Islam Bulan Juni 2023 Kapan Lebaran Haji Idul Adha? Contoh Proposal Permohonan Hewan Qurban Idul Adha untuk Lembaga Daftar Hari Besar Juni 2023, Hari Lahir Pancasila - Idul Adha - Sosial Budaya Penulis Syamsul Dwi MaarifEditor Yulaika Ramadhani
Khutbah I اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ. الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ Hari raya kurban atau biasa kita sebut Idul Adha yang kita peringati tiap tahun tak bisa terlepas dari kisah Nabi Ibrahim sebagaimana terekam dalam Surat ash-Shaffat ayat 99-111. Meskipun, praktik kurban sebenarnya sudah dilaksanakan putra Nabi Adam yakni Qabil dan Habil. Diceritakan bahwa kurban yang diterima adalah kurban Habil bukan Qabil. Itu pun bukan daging atau darah yang Allah terima namun ketulusan hati dan ketakwaan dari si pemberi kurban. لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Al-Hajj 37 Kendati sejarah kurban sudah berlangsung sejak generasi pertama umat manusia, namun syariat ibadah kurban dimulai dari cerita perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anak kesayangannya, Ismail alaihissalâm. Seorang anak yang ia idam-idamkan bertahun-tahun karena istrinya sekian lama mandul. Dalam Surat ash-Shaffat dijelaskan bahwa semula Nabi Ibrahim berdoa رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ. “Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang yang shalih.” Allah lalu memberi kabar gembira dengan anugerah kelahiran seorang anak yang amat cerdas dan sabar ghulâm halîm. Hanya saja, ketika anak itu menginjak dewasa, Nabi Ibrahim diuji dengan sebuah mimpi. Ia berkata, "Wahai anakku, dalam tidur aku bermimpi berupa wahyu dari Allah yang meminta aku untuk menyembelihmu. Bagaimana pendapat kamu?" Anak yang saleh itu menjawab, "Wahai bapakku, laksanakanlah perintah Tuhanmu. Insya Allah kamu akan dapati aku termasuk orang-orang yang sabar." Tatkala sang bapak dan anak pasrah kepada ketentuan Allah, Ibrâhîm pun membawa anaknya ke suatu tumpukan pasir. Lalu Ibrâhîm membaringkan Ismail dengan posisi pelipis di atas tanah dan siap disembelih. Jamaah shalat Idul Adha hadâkumullâh, Atas kehendak Allah, drama penyembelihan anak manusia itu batal dilaksanakan. Allah berfirman dalam ayat berikutnya إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ. وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ. وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآَخِرِينَ. سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ. كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ. إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu pujian yang baik di kalangan orang-orang yang datang kemudian, yaitu Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim’. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” Hadirin, Ibadah kurban tahunan yang umat Islam laksanakan adalah bentuk i’tibar atau pengambilan pelajaran dari kisah tersebut. Setidaknya ada tiga pesan yang bisa kita tarik dari kisah tentang Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail serta ritual penyembelihan hewan kurban secara umum. Pertama, tentang totalitas kepatuhan kepada Allah subhânau wata’âla. Nabi Ibrahim yang mendapat julukan “khalilullah” kekasih Allah mendapat ujian berat pada saat rasa bahagianya meluap-luap dengan kehadiran sang buah hati di dalam rumah tangganya. Lewat perintah menyembelih Ismail, Allah seolah hendak mengingatkan Nabi Ibrahim bahwa anak hanyalah titipan. Anak—betapapun mahalnya kita menilai—tak boleh melengahkan kita bahwa hanya Allahlah tujuan akhir dari rasa cinta dan ketaatan. Nabi Ibrahim lolos dari ujian ini. Ia membuktikan bahwa dirinya sanggup mengalahkan egonya untuk tujuan mempertahankan nilai-nilai Ilahi. Dengan penuh ketulusan, Nabi Ibrahim menapaki jalan pendekatan diri kepada Allah sebagaimana makna qurban, yakni pendekatan diri. Sementara Nabi Ismail, meski usianya masih belia, mampu membuktikan diri sebagai anak berbakti dan patuh kepada perintah Tuhannya. Yang menarik, ayahnya menyampaikan perintah tersebut dengan memohon pendapatnya terlebih dahulu, dengan tutur kata yang halus, tanpa unsur paksaan. Atas dasar kesalehan dan kesabaran yang ia miliki, ia pun memenuhi panggilan Tuhannya. Jamaah shalat Idul Adha hadâkumullâh, Pelajaran kedua adalah tentang kemuliaan manusia. Dalam kisah itu di satu sisi kita diingatkan untuk jangan menganggap mahal sesuatu bila itu untuk mempertahankan nilai-nilai ketuhanan, namun di sisi lain kita juga diimbau untuk tidak meremehkan nyawa dan darah manusia. Penggantian Nabi Ismail dengan domba besar adalah pesan nyata bahwa pengorbanan dalam bentuk tubuh manusia—sebagaimana yang berlangsung dalam tradisi sejumlah kelompok pada zaman dulu—adalah hal yang diharamkan. Manusia dengan manusia lain sesungguhnya adalah saudara. Mereka dilahirkan dari satu bapak, yakni Nabi Adam alaihissalâm. Seluruh manusia ibarat satu tubuh yang diciptakan Allah dalam kemuliaan. Karena itu membunuh atau menyakiti satu manusia ibarat membunuh manusia atau menyakiti manusia secara keseluruhan. Larangan mengorbankan manusia sebetulnya penegasan kembali tentang luhurnya kemanusiaan di mata Islam dan karenanya mesti dijamin hak-haknya. Pelajaran yang ketiga yang bisa kita ambil adalah tentang hakikat pengorbanan. Sedekah daging hewan kurban hanyalah simbol dari makna korban yang sejatinya sangat luas, meliputi pengorbanan dalam wujud harta benda, tenaga, pikiran, waktu, dan lain sebagainya. Pengorbanan merupakan manifestasi dari kesadaran kita sebagai makhluk sosial. Bayangkan, bila masing-masing manusia sekadar memenuhi ego dan kebutuhan sendiri tanpa peduli dengan kebutuhan orang lain, alangkah kacaunya kehidupan ini. Orang mesti mengorbankan sedikit waktunya, misalnya, untuk mengantre dalam sebuah loket pejualan tiket, bersedia menghentikan sejenak kendaraannya saat lampu merah lalu lintas menyala, dan lain-lain. Sebab, keserakahan hanya layak dimiliki para binatang. Di sinilah perlunya kita “menyembelih” ego kebinatangan kita, untuk menggapai kedekatan qurb kepada Allah, karena esensi kurban adalah solidaritas sesama dan ketulusan murni untuk mengharap keridhaan Allah. Wallahu a’lam. بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم Khutbah II اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ Alif Budi Luhur
Hari raya kurban atau biasa kita sebut Idul Adha yang kita peringati tiap tahun tak bisa terlepas dari kisah Nabi Ibrahim sebagaimana terekam dalam Surat ash-Shaffat ayat 99-111. Meskipun, praktik kurban sebenarnya sudah dilaksanakan putra Nabi Adam yakni Qabil dan Habil. Diceritakan bahwa kurban yang diterima adalah kurban Habil bukan Qabil. Itu pun bukan daging atau darah yang Allah terima namun ketulusan hati dan ketakwaan dari si pemberi unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Al-Hajj 37Kendati sejarah kurban sudah berlangsung sejak generasi pertama umat manusia, namun syariat ibadah kurban dimulai dari cerita perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anak kesayangannya, Ismail alaihissalâm.Seorang anak yang ia idam-idamkan bertahun-tahun karena istrinya sekian lama mandul. Dalam Surat ash-Shaffat dijelaskan bahwa semula Nabi Ibrahim berdoaرَبِّ هَبْ لِي مِنَ artinya, “Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang yang shalih.”Allah lalu memberi kabar gembira dengan anugerah kelahiran seorang anak yang amat cerdas dan sabar ghulâm halîm. Hanya saja, ketika anak itu menginjak dewasa, Nabi Ibrahim diuji dengan sebuah berkata, “Wahai anakku, dalam tidur aku bermimpi berupa wahyu dari Allah yang meminta aku untuk menyembelihmu. Bagaimana pendapat kamu?” Anak yang saleh itu menjawab, “Wahai bapakku, laksanakanlah perintah Tuhanmu. Insya Allah kamu akan dapati aku termasuk orang-orang yang sabar.”Tatkala sang bapak dan anak pasrah kepada ketentuan Allah, Ibrâhîm pun membawa anaknya ke suatu tumpukan pasir. Lalu Ibrâhîm membaringkan Ismail dengan posisi pelipis di atas tanah dan siap shalat Jum’at hadâkumullâh,Atas kehendak Allah, drama penyembelihan anak manusia itu batal dilaksanakan. Allah berfirman dalam ayat berikutnyaإِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ. وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ. وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآَخِرِينَ. سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ. كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ. إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu pujian yang baik di kalangan orang-orang yang datang kemudian, yaitu Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim’. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.”Hadirin Jamaah shalat Jum’at hadâkumullâh,Ibadah kurban tahunan yang umat Islam laksanakan adalah bentuk i’tibar atau pengambilan pelajaran dari kisah ada tiga pesan yang bisa kita tarik dari kisah tentang Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail serta ritual penyembelihan hewan kurban secara tentang totalitas kepatuhan kepada Allah subhânahu wata’âla. Nabi Ibrahim yang mendapat julukan “khalilullah” kekasih Allah mendapat ujian berat pada saat rasa bahagianya meluap-luap dengan kehadiran sang buah hati di dalam rumah perintah menyembelih Ismail, Allah seolah hendak mengingatkan Nabi Ibrahim bahwa anak hanyalah titipan. Anak—betapapun mahalnya kita menilai—tak boleh melengahkan kita bahwa hanya Allahlah tujuan akhir dari rasa cinta dan Ibrahim lolos dari ujian ini. Ia membuktikan bahwa dirinya sanggup mengalahkan egonya untuk tujuan mempertahankan nilai-nilai Ilahi. Dengan penuh ketulusan, Nabi Ibrahim menapaki jalan pendekatan diri kepada Allah sebagaimana makna qurban, yakni pendekatan Nabi Ismail, meski usianya masih belia, mampu membuktikan diri sebagai anak berbakti dan patuh kepada perintah Tuhannya. Yang menarik, ayahnya menyampaikan perintah tersebut dengan memohon pendapatnya terlebih dahulu, dengan tutur kata yang halus, tanpa unsur paksaan. Atas dasar kesalehan dan kesabaran yang ia miliki, ia pun memenuhi panggilan shalat Jum’at hadâkumullâh,Pelajaran kedua adalah tentang kemuliaan manusia. Dalam kisah itu di satu sisi kita diingatkan untuk jangan menganggap mahal sesuatu bila itu untuk mempertahankan nilai-nilai ketuhanan, namun di sisi lain kita juga diimbau untuk tidak meremehkan nyawa dan darah Nabi Ismail dengan domba besar adalah pesan nyata bahwa pengorbanan dalam bentuk tubuh manusia—sebagaimana yang berlangsung dalam tradisi sejumlah kelompok pada zaman dulu—adalah hal yang dengan manusia lain sesungguhnya adalah saudara. Mereka dilahirkan dari satu bapak, yakni Nabi Adam alaihissalâm. Seluruh manusia ibarat satu tubuh yang diciptakan Allah dalam kemuliaan. Karena itu membunuh atau menyakiti satu manusia ibarat membunuh manusia atau menyakiti manusia secara keseluruhan. Larangan mengorbankan manusia sebetulnya penegasan kembali tentang luhurnya kemanusiaan di mata Islam dan karenanya mesti dijamin yang ketiga yang bisa kita ambil adalah tentang hakikat pengorbanan. Sedekah daging hewan kurban hanyalah simbol dari makna korban yang sejatinya sangat luas, meliputi pengorbanan dalam wujud harta benda, tenaga, pikiran, waktu, dan lain merupakan manifestasi dari kesadaran kita sebagai makhluk sosial. Bayangkan, bila masing-masing manusia sekadar memenuhi ego dan kebutuhan sendiri tanpa peduli dengan kebutuhan orang lain, alangkah kacaunya kehidupan mesti mengorbankan sedikit waktunya, misalnya, untuk mengantri dalam sebuah loket pejuatan tiket, bersedia menghentikan sejenak kendaraannya saat lampu merah lalu lintas menyala, dan lain-lain. Sebab, keserakahan hanya layak dimiliki para sinilah perlunya kita “menyembelih” ego kebinatangan kita, untuk menggapai kedekatan qurb kepada Allah, karena esensi kurban adalah solidaritas sesame dan ketulusan murni untuk mengharap keridhaan الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمKhutbah IIاَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًاأَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَاَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْArtikel ini ditulis oleh Alif Budi Luhur, sebelumnya telah dimuat dengan judul, “Tiga Pelajaran Utama Hari Raya Qurban” pada tanggal 1 September 2017.
- Dalam khutbah Idul Adha yang disampaikan setelah shalat hari raya Idul Adha, kita dapat mendengarkan kembali kisah sejarah kurban dalam tradisi Islam. Itu adalah salah satu contoh khutbah Idul Adha 2023 yang umum dibacakan kembali. Jika kamu sedang membutuhkan referensi atau contoh khutbah Idul Adha untuk disampaikan kepada umat Islam di hari raya Idul Adha 2023 nanti, informasi di bawah ini mungkin dapat membantu. Idul Adha, adalah hari di mana umat Islam di seluruh dunia mengorbankan hewan. Ratusan ribu hewan dikorbankan pada kesempatan hari raya haji ini. Dengan begitu banyak daging, yang lalu didistribusikan kepada orang miskin. Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan memohon pertolongan-Nya, kita mencari bimbingan-Nya, kita memohon pengampunan-Nya, dan kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita sendiri dan tindakan berdosa kita. Barangsiapa Allah membimbing, tidak ada yang bisa menyesatkan dan siapa pun yang Dia sesatkan, tidak akan menemukan satu pun untuk membimbingnya dengan benar. Baca Juga Idul Adha Makin Dekat, Simak Rincian Harga Kambing dan Sapi Kurban 2023 Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Dia adalah Satu dan tidak memiliki pasangan. Dia memberi kehidupan dan menyebabkan kematian dan Dia memiliki kuasa atas semua yang ada. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang terbaik dari ciptaan-Nya, dan yang paling dicintai-Nya. Dia menyampaikan pesan, memenuhi kepercayaan, menasihati bangsa, menghapus kegelapan darinya, dan berjuang di jalan agama sampai kematiannya. Semoga berkah dan damai Allah besertanya, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang telah menapaki jalan keunggulannya dan mengikuti bimbingannya sampai Hari Penghakiman. Muslim yang terkasih, Allah Ta'ala berfirman kepada orang-orang beriman [Hari ini Aku telah menyempurnakan agama Anda untuk Anda, menyelesaikan nikmat-Ku atas Anda, dan telah memilih untuk Anda Islam sebagai agama Anda] Al-Ma'idah 5 3. Ya, nikmat Allah kepada kita banyak dan tidak dapat dihitung. Yang terbesar di antara mereka adalah bahwa Dia telah membimbing kita kepada Islam. Jika Dia tidak membimbing kita kepada Islam, kita tidak akan dibimbing. Allah menciptakan kita untuk menyembah-Nya sepanjang tahun dan pada hari-hari khusus dan hari libur. Dia melipatgandakan pahala perbuatan baik kita. Oleh karena itu, hari raya Idul Fitri datang setelah bulan puasa Ramadhan, dan Idul Adha datang setelah haji dan hari Arafah. Ini adalah hari ketika Allah mengampuni banyak dosa hamba-hamba-Nya. Idul Fitri dalam Islam bukanlah buatan manusia; Allah-lah yang menciptakannya. Dia juga menetapkan aturan dan etiket khusus yang harus diikuti selama hari raya. Muslim seharusnya tidak melanggar hukum-hukum Allah. Baca Juga Resep Garang Asem Non Santan Olahan Ayam Kampung, Cocok Jadi Menu Makanan Idul Adha Muslim yang terkasih, kita bertemu di sini pagi ini untuk berdoa dan mendengarkan khotbah ini. Kita telah berkumpul bersama di satu tempat untuk menyembah Allah Ta'ala - meskipun kita memiliki tradisi yang berbeda, berbicara bahasa yang berbeda, dan memiliki warna yang berbeda. Inilah sebabnya mengapa Dia menahbiskan dalam agama ini segala sesuatu yang memperkuat ikatan cinta dan harmoni. Dia bahkan memperingatkan kita terhadap apa pun yang dapat memisahkan hati orang percaya. Allah berkata "Orang-orang beriman tidak lain adalah saudara" Al-Hujurat 4910. Dia juga mengatakan, berbicara kepada Nabi Muhammad damai dan berkah besertanya [Jika Anda telah menghabiskan semua yang ada di bumi, Anda tidak bisa menyatukan hati mereka, tetapi Allah telah menyatukan mereka] Al-Anfal 863. Saudara dan saudari terkasih, juga sangat dianjurkan bagi umat Islam untuk saling menyapa pada hari raya Idul Adha, seperti yang biasa dilakukan oleh para sahabat Nabi Muhammad damai dan berkah besertanya dan berkata "Semoga Allah menerima dari kita perbuatan baik kita." Akhirnya, saya berharap hari ini akan menjadi hari yang baik bagi kita semua dan bagi semua Muslim di seluruh dunia. Kami berdoa kepada Allah untuk menyelamatkan umat Islam dari musuh-musuh mereka dan dari bahaya di sekitar mereka. Kita memohon kepada Allah untuk menerima perbuatan baik kita, mengampuni kesalahan dan kekeliruan kita, dan memohon kepada-Nya untuk menjaga kita di jalan yang lurus. Kami memohon kepada-Nya untuk memberi kami kekuatan untuk menjadi contoh Islam yang baik seperti Nabi damai dan berkah besertanya dan para sahabatnya. Semoga Allah membawa hari ini setiap tahun saat Anda dalam keadaan sehat dan sehat. Damai, rahmat, dan berkah dari Allah atas Anda semua. Demikian itu, susunan contoh khutbah Idul Adha yang mungkin dapat diterima oleh semua kalangan. Semoga dapat menginspirasi Anda. Kontributor Mutaya Saroh
khutbah hari raya idul adha 2017